Minggu, 14 Desember 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA TIDAK MENYEBABKAN PERUBAHAN MASSA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
REAKSI KIMIA TIDAK MENYEBABKAN PERUBAHAN MASSA
Dosen Pengampu : Dr. Kartimi, M.Pd
Oleh :
Nama : SITI AZIZAH
Nim : 1413162042
Kelas : Biologi A
Kelompok : 6
Asisten Praktikum : Diana Yulianti,
                                   Rina Rahmawati

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
REAKSI KIMIA TIDAK MENYEBABKAN PERUBAHAN MASSA
A.    Tujuan
Menyelidiki massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi

B.     Dasar Teori
Reaksi kimia terjadi ketika zat-zat pereaksi dicampurkan dalam satu wadah. Namun tidak setiap campuran disertai dengan reaksi kimia. Kadang-kadang tidak mudah untuk mengetahui apakah suatu reaksi kimia terjadi atau tidak. Meskipun demikian, pada umumnya reaksi kimia disertai dengan suatu perubahan yang dapat diamati.
1.         Perubahan warna
Banyak zat kimia yang berwarna tetapi banyak juga yang tidak berwarna. Warna merupakan sifat khas zat artinya tidak ada dua zat berbeda yang mempunyai warna yang sama. Oleh karena itu, perubahan warna merupakan petunjuk telah terbentuk zat baru. Memudarnya warna pakaian menunjukkan telah terjadi suatu reaksi kimia.
2.         Perubahan suhu
Reaksi kimia selalu disertai pelepasan dan penyerapan energi. Bentuk energi yang menyertai reaksi kimia dapat berupa kalor (panas), cahaya, atau listrik. Namun yang paling lazim adalah dalam bentuk kalor. Reaksi yang membebaskan kalor kita sebut reaksi eksoterm, sedangkan yang menyerap kalor kita sebut reaksi endoterm.  Contoh reaksi eksoterm adalah pembakaran.
3.         Pembentukan endapan
Kelarutan zat dalam air sangat beragam, ada yang mudah larut ada pula yang sukar larut. Garam dan gula merupakan dua contoh zat yang mudah larut, sedangkan batu dan pasir sangat sukar larut dalam air. Reaksi yang menghasilkan endapan adalah reaksi kimia yang menghasilkan zat yang sukar larut dan akan mengendap.
4.         Pembentukan gas
Selain perubahan warna, perubahan suhu dan pembentukan endapan, perubahan lain yang menandai berlangsungnya reaksi kimia adalah pembentukan gas. Gas hasil reaksi dapat diamati berupa gelembung yang keluar dari campuran pereaksi. 
Ciri yang mampu membedakan suatu zat dengan zat lain adalah sifat dari masing-masing zat yaitu sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik merupakan sifat yang dapat diamati tanpa adanya perubahan susunan zat yang bersangkutan. Sedangkan sifat kimia menggambarkan bagaimana suatu zat berubah ketika bereaksi dengan suatu zat lain dan biasanya diikuti dengan perubahan energi. Sifat kimia akan teramati ketika suatu zat berubah susunannya.
Antoine laurent lavoisier (1743-1794) mengemukakan hukum kekekalan massa atau yang disebut juga hukum lavoisier yang menyatakan bahwa,”massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Pada proses pembakaran kayu atau kertas, bahan yang terbakar bereaksi dengan gas oksigen. Kemudian selain abu, dihasilkan juga asapdan gas-gas yang menguap. Apabila massa asap dan gas-gas yang menguap diperhitungkan maka hasilnya akan sama.
Selain hal tersebut pada persamaan reaksi kimia berlaku hukum kekekalan massa yang dikemukakan oleh “LAVOISER” pada tahun 1774. Ia melakukan penelitian dengan memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah tertutup. Dengan teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi itu tidak terjadi perubahan massa. Hukum kekekalan massa itu menyatakan bahwa setiap reaksi kimia, massa zat-zat setelah bereaksi adalah sama dengan zat sebelum reaksi. Dalam mempelajari reaksi kimia, tidak hanya mempelajari ciri-ciri terjadinya reaksi dan faktor yang mempengaruhi laju reaksi saja, aspek lain yangterkait dengan reaksi kimia yaitu aspek kuantitatif unsur dalam suatu reaksi, yang disebut “ STOIKIOMETRI”. 
Jenis-jenis reaksi kimia,yaitu :
a. Pembakaran
Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung dengan oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.
b. Penggabungan (Sintetis)
Pengabungan yaitu suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa ). Contohnya :
c. Penguraian
Penguraian yaitu suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih sederhana.
d. Penggantian
Penggantian yaitu suatu reaksi kimia dimana sebuah unsur pindahan unsur lain dalam suatu senyawa.
e. Metatesis ( pemindahan tanggal )
Metasis adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara dua reaksi. 

C.     Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Labu erlenmeyer 250 mL
b.      Tabung reaksi kecil
c.       Neraca digital
2.      Bahan
a.       Larutan NaOH
b.      Larutan KI
c.       Larutan PbNO3
d.      Larutan CuSO4

D.    Prosedur Kerja
1.      Larutan NaOH sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, serta larutan CuSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil sebanyak ¾ nya
2.      Tabung reaksi kecil dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca digital dan dicatat massanya
3.      Labu erlenmeyer dimiringkan sampai larutan bercampur dan bereaksi, diamati apa yang terjadi
4.      Massa labu erlenmeyer dihitung kembali dan dicatat hasilnya
5.      Percobaan diulangi dengan menggunakan KI dan PbNO3

E.     Hasil Pengamatan
Zat
Massa sebelum reaksi
Massa sesudah reaksi
Labu erlenmeyer + NaOH + CuSO4
74,42 gram
74,42 gram
Labu erlenmeyer + KI + CuSO4
55,1 gram
77,6 gram
Labu erlenmeyer + KI + PbNO3
73,54 gram
73,54 gram

F.      Pembahasan


G.    Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan:
1.       Reaksi kimia terjadi ketika zat-zat pereaksi dicampurkan dalam satu wadah. Reaksi kimia disertai dengan suatu perubahan yang dapat diamati yaitu perubahan warna, suhu, terbentuknya endapan, karat dan timbulnya gas.
2.      Antoine laurent lavoisier (1743-1794) mengemukakan hukum kekekalan massa atau yang disebut juga hukum lavoisier yang menyatakan bahwa,”massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”.
3.      Percobaan pertama dan ketiga terbukti sesuai dengan teori hukum lavoisier. Percobaan kedua tidak sesuai dengan teori karena ada kesalahan dalam ketelitian penimbangan.












DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Laporan Praktikum Beberapa Reaksi Kimia – Scribd. http://www.scribd.com/doc/70643757/Laporan-Praktikum-Beberapa-Reaksi-Kimia, diakses pada 7 Desember 2013 pukul 15.00 WIB
Diana, dkk. 1997. Kimia. Bandung: PT Grafindo Media Pratama
Prabawa, Hadi. 1997. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga
Purba, Michael. 2006. IPA Kimia. Jakarta : Erlangga
Reza. 2012. REAKSI KIMIA TIDAK MENYEBABKAN PERUBAHAN MASSA. http://reizacullen777.blogspot.com/2012/11/reaiksi-kimia-tidak-menyebabkan.html, diakses pada 7 Desember 2013 pukul 14.00 WIB


















LAMPIRAN

Cirebon Barat-20131202-01465.jpgCirebon Barat-20131202-01470.jpg
Larutan PbNO3 dan larutan KI
Cirebon Barat-20131202-01466.jpgCirebon Barat-20131202-01468.jpg
Labu erlenmeyer dan labu reaksi
Cirebon Barat-20131202-01476.jpgCirebon Barat-20131202-01476x-crop.jpg
Massa sebelum dan sesudah reaksi



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENURUNAN TITIK BEKU

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PENURUNAN TITIK BEKU
Dosen Pengampu : Dr. Kartimi, M.Pd
Oleh :
Nama : SITI AZIZAH
Nim : 1413162042
Kelas : Biologi A
Kelompok : 6
Asisten Praktikum : Diana Yulianti,
                                   Rina Rahmawati

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
PENURUNAN TITIK BEKU
A.    Tujuan
Untuk menentukan penurunan titik beku larutan belerang pada naftalen

B.     Dasar teori
Sifat-sifat koligatif larutan ialah sifat-sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Dalam bagian ini dibicarakan sifat koligatif larutan yang berisi zat terlarut yang sukar menguap atau non-volatif, diantaranya adalah penurunan tekanan uap pelarut, penurunan titik beku larutan, kenaikan titik didih larutan dan tekanan osmose larutan. Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya.
Air murni membeku pada temperatur 00C dan tekanan 1 atm. Temperatur itu dinamakan titik beku normal air. Dengan adanya zat terlarut, ternyata pada temperatur 00C air belum membeku. Pada temperatur itu tekanan uap jenuh larutan lebih kecil dari 1 atm. Agar larutan membeku temperatur larutan harus diturunkan sampai tekanan uap jenuh larutan mencapai 1 atm. Penurunan titik beku yang disebabkan oleh 1 mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut dinamakan penurunan titik beku molal (kb).
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarutakan mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk dapat lebih mendekatkan jarak antarmolekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Jadi, titik beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya. Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. 
Jika suatu zat non volatile (sukar menguap) dilarutkan kedalam plarut tertentu, maka pelarut tersebutakan membeku pada suhu yang lebih rendah. Besarnya penurunan titik beku tergantung pada zat terlarut. Menurut Raoult, penurunan titik beku larutan berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
   Tb           =
                  =
Dengan :   Tb    =  Penurunan titik beku larutan
               n       = jumlah mol larutan
               p       =  berat pelarut dalam satuan gram
              Kb     = tetapan penurunan titik beku molal pelarut 

C.     Alat dan bahan
1.      Alat
a.       Tiang statif
b.      Penjepit dan klem
c.       Kaki tiga
d.      Kasa penyangga
e.       Gelas kimia
f.       Termometer
g.      Pemanas spirtus
2.      Bahan
a.       Naftalen
b.      Belerang
c.       Air

D.    Prosedur kerja
1.      Gelas kimia diisi air 80 mL, tabung reaksi diisi naftalen sebanyak 1 gram.
2.      Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu dipanaskan hingga suhu 85­0 C. Agar lebih mudah, tabung reaksi dijepitkan dengan menggunakan tiang statif, klem dan penjepit.
3.      Setelah naftalen cair, api dimatikan dan suhu naftalen ketika cair dihitung.
4.      Diitung penurunan suhu setiap satu menit hingga naftalen beku kembali kira-kira 750 C
5.      Diulangi lagi dengan ditambahkan 0,13 gram belerang

E.     Hasil pengamatan
1.      Penurunan titik beku naftalen
Waktu
1’
2’
3’
4’
4,45 menit (membeku)
suhu
870
840
790
770
750
2.      Belerang dalam naftalen
Waktu
1’
2’
3’
4’
4,29 menit
suhu
860
820
790
770
750
Perhitungan
Dik.           Tb naftalen = 750C
                  m naftalen = 1 gram
                  m belerang = 0,128 gram
                  Mr belerang = 32
                  Kb = 6,920C
Dit.    Tb    =
                  =
                  =
                  =
                  = 27,68
   Tb           = Tb pelarut – Tb larutan
Tb larutan  = 75 – 27,68
                  = 47,320C

Grafik











F.      Pembahasan

G.    Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya.
2.      Apabila suatu cairan dicampur dengan cairan yang sukar menguap maka cairan tersebut akam mengalami penurunan titik beku.
3.      Naftalen yang telah mencair, membeku kembali pada suhu 750C dengan waktu 4,45 menit. Sedangkan belerang dalam naftalen dengan waktu 4,29 menit.




















DAFTAR PUSTAKA

Kuswati, Tine Maria, dkk. 2000. Kimia. Jakarta : PT Bumi Aksara
Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia. Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama
Sukardjo. 2004. Kimia fisika. Jakarta: PT Rineka cipta
S, Syukri . 1999 . KIMIA DASAR 2 . Bandung: ITB press

























LAMPIRAN

Cirebon Barat-20131209-01546.jpgCirebon Barat-20131209-01547.jpgCirebon Barat-20131209-01549.jpgCirebon Barat-20131209-01550.jpgCirebon Barat-20131209-01551.jpgCirebon Barat-20131209-01557.jpg
Alat dan bahan praktikum diantaranya statif, penjepit, klem, tabung reaksi, kaca arloji, naftalen, korek dan gelas kimia.
Cirebon Barat-20131209-01555.jpgCirebon Barat-20131209-01561.jpg
     Ketika naftalen dipanaskan           ketika naftalen telah mencair
Cirebon Barat-20131209-01562.jpgCirebon Barat-20131209-01563.jpg
Suhu yang diukur ketika mencair, belerang dan naftalen yang membeku