“Ya Allah, izinkanlah aku hanya
jatuh cinta pada jodohku saja. Aku terlalu banyak jatuh cinta, hingga akhirnya
terlalu banyak juga sakit cinta. Oleh karena itu ya Allah, jangan izinkan aku
untuk jatuh cinta pada yang lain.”
Doa itu, kupanjatkan kala
bintang-bintang tersenyum melihatku menengadah ke arah langit, memasrahkan diri
pada-Mu di tengah suara dengkuran manusia yang terlelap setelah seharian
berikhtiar.
Pada keduanya, rasa ini hilang
perlahan entah kemana seakan doaku dikabulkan dengan sekejap mata. Bukan karena
terjadi masalah diantara aku dan dia ataupun aku dan dirinya. Namun, aku hanya
merasa tak nyaman dengan dia yang tak bisa membahagiakanku dan dirinya yang
seorang pembohong.
Kini aku hanya berharap untuk segera
bersua dengan jodohku. Agar aku bisa jatuh cinta tanpa rasa ragu. Jodohku yang
telah Kau pilihkan, entah yang ada dalam pikiranku atau bukan. Namun, yang
pasti jodohku bersinar layaknya bintang yang tersenyum padaku malam itu.
Jodohku, ya seperti bintang. Yang memerlukan
kegelapan untuk dapat bersinar. Jodohku yang muncul dalam benakku kala sakit
hatiku terlalu dominan dalam hati dan akhirnya aku dapat memikirkan jodohku.
Tidak seperti dia, matahariku. Yang hanya
dapat membuatku semangat pada awalnya namun lama kelamaan membuatku kegerahan
dan tak memberikanku keindahan hingga akhirnya aku tak bahagia.
Juga tidak seperti dirinya, bulanku.
Bulan dalam malam gelapku. Yang sinarnya membuat suasana jadi hangat di tengah
dinginnya malam. Namun, sinar itu hanyalah kebohongan semata. Karena bulan tak
bisa memancarkan sinarnya sendiri. Bulan seperti penipu. Yang bersinar dari
sinar kebohongan.