Minggu, 24 April 2016

DOAKU

            “Ya Allah, izinkanlah aku hanya jatuh cinta pada jodohku saja. Aku terlalu banyak jatuh cinta, hingga akhirnya terlalu banyak juga sakit cinta. Oleh karena itu ya Allah, jangan izinkan aku untuk jatuh cinta pada yang lain.”
            Doa itu, kupanjatkan kala bintang-bintang tersenyum melihatku menengadah ke arah langit, memasrahkan diri pada-Mu di tengah suara dengkuran manusia yang terlelap setelah seharian berikhtiar.
            Pada keduanya, rasa ini hilang perlahan entah kemana seakan doaku dikabulkan dengan sekejap mata. Bukan karena terjadi masalah diantara aku dan dia ataupun aku dan dirinya. Namun, aku hanya merasa tak nyaman dengan dia yang tak bisa membahagiakanku dan dirinya yang seorang pembohong.
            Kini aku hanya berharap untuk segera bersua dengan jodohku. Agar aku bisa jatuh cinta tanpa rasa ragu. Jodohku yang telah Kau pilihkan, entah yang ada dalam pikiranku atau bukan. Namun, yang pasti jodohku bersinar layaknya bintang yang tersenyum padaku malam itu.
            Jodohku, ya seperti bintang. Yang memerlukan kegelapan untuk dapat bersinar. Jodohku yang muncul dalam benakku kala sakit hatiku terlalu dominan dalam hati dan akhirnya aku dapat memikirkan jodohku.
            Tidak seperti dia, matahariku. Yang hanya dapat membuatku semangat pada awalnya namun lama kelamaan membuatku kegerahan dan tak memberikanku keindahan hingga akhirnya aku tak bahagia.

            Juga tidak seperti dirinya, bulanku. Bulan dalam malam gelapku. Yang sinarnya membuat suasana jadi hangat di tengah dinginnya malam. Namun, sinar itu hanyalah kebohongan semata. Karena bulan tak bisa memancarkan sinarnya sendiri. Bulan seperti penipu. Yang bersinar dari sinar kebohongan.